Jumat, 17 Desember 2010

Aku, Tarbiyah, dan Kampus



Aku, sebuah kata yang menggambarkan tentang diri seseorang, yang gambaran itu didapat dari sebuah perenungan akan pemaknaan diri, siapakah diri kita masing-masing? Aku, adalah penggambaran seorang makhluk yang lemah, tak berdaya, berlumuran dosa, tapi masih sok dengan hal baik yang sedang atau telah dilakukan, padahal niatnya belum tentu lurus dalam melakukan kebaikan itu, padahal belum tentu itu memang baik untuk semua orang, padahal belum tentu hal itu memang diridhoi oleh Allah, lalu apakah ternyata itu baik? Aku, hanyalah manusia biasa yang masih banyak khilaf dan tak jarang juga menuruti hawa nafsu yang biasanya dilatarbelakangi oleh godaan setan.
Tapi sebuah nikmat terbesar dalam hidupku yang harus terus disyukuri adalah bahwa aku seorang muslim. Karena dengan nikmat itulah, diri yang lemah, penuh dosa, dan penuh keterbatasan ini bisa saja mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dunia akhirat, bukan karena ibadah yang dilakukan tapi karena rahmat dan kasih sayang Allah pada hambanya, itulah indahnya kita berislam. Aku, apakah memang benar-benar sudah menjadi generasi Islam yang dikehendaki Allah? Apakah Islam sudah benar-benar ada dalam diriku? Ada dalam setiap hembusan nafasku? Ada dalam setiap detik waktu yang berjalan? Kalau jawabannya belum, lalu apa yang sudah aku selama ini? Bukankah Islam adalah solusi atas pelbagai persoalan kehidupan, bukankah Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah.
Ketika hati ini kering kerontang karena makin jauh pada Allah, karena pemaknaan pada Islam yang salah, karena tindakan yang tidak sesuai dengan syariat. Saat itulah kita membutuhkan obat, tarbiyah. Tarbiyah adalah layaknya obat ketika kita sedang sakit, sakit karena kesalah pemaknaan pada Islam, karena tindakan tidak sesuai syariat yang harusnya membawa kemanfaatan ee..kok malah membawa kemelangratan. Kan hanya ada dua jalan, kita menjadi bagian dari solusi atau mungkin sebaliknya, kita bagian dari penghancur nilai-nilai keindahan Islam. Naudzubillah...
Tarbiyah akan senantiasa menjadi obat, dimana obat itu akan memberikan kita efek perubahan yang lebih baik, perubahan dari ketika aku tidak bia menjadi bisa, perubahan dari ketika aku belum tahu menjadi tahu, perubahan dari ketika aku hanya menjadi penonton berganti menjadi aktor dalam panggung pembangunan peradaban Islam ini. Tarbiyah akan terus ada, karena perubahan akan terus berguling, perubahan waktu akan memberikan efek pada sosok aku, perubahan waktu berpengaruh pada perubahan iman, perubahan waktu berpengaruh pada sisi psikologis. Oleh karena itu, orang-orang yang sabarlah yang akan terus bertahan dalam tarbiyah ini. Bagaimana tidak, ketika yang lain sedang asyik tidur orang-orang yang tertarbiyah harus merelakan waktunya untuk memenangkan pemilu, ketika yang lain sedang asyik bercengkeramah dengan keluarga orang-orang yang tertarbiyah harus merelakan waktunya, tenaganya untuk berkeliling mengisi halaqoh, untuk menyebarkan syariat yang ternyata sekarang banyak orang menganggap bahwa syariat itu mengerikan padahal anggapan itu salah, syariat itu indah bahkan begitu indah.
Tarbiyah akan terus ada, ketika masih ada orang yang belum Islam, atau ada orang yang mengaku Islam tapi masih bergelimang dengan hal-hal yang tidak disukai oleh Allah, ketika masih ada orang yag mengaku Islam tapi belum memiliki pemahaman yang benar tentang Islam itu sendiri. Dan aku terus berdo’a pada Allah, bahwa tarbiyah selalu ada dalam diriku, dan aku bisa terus berada pada tarbiyah. Sekali lagi, bukan menjadi penonton tapi menjadi aktor.
Do’a itu, Tarbiyah ada dalam diriku, dan aku ada dalam tarbiyah berawal dari sebuah lingkungan kecil yang berada dalam masyarakat , sebuah lingkungan intelektual muda penuh semangat perubahan dan perjuangan, yaitu kampus. Kampus akan terus menjadi pemasok manusia-manusia cerdas beriman, manusia-manusia dengan semangat juang tinggi untuk menegakkan kalimah Allah. Karena kampus akan terus diisi oleh para pemuda kritis, analis yang siap berjuang, karena pemuda tidak akan serta merta menerima sesuatu tapi pemuda akan terus kritis, berpikir ketika menerima sesuatu. Inilah yang akan mengakibatkan tarbiyah akan terus ada di kampus-kampus, bahkan tidak hanya ada tapi tarbiyah akan terus berkembang di kampus-kampus. Dan aku terus berdo’a, bahwa Tarbiyah ada dalam diriku, aku ada dalam tarbiyah, dan tarbiyah akan terus ada di kampus IT Telkom....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar