Jumat, 30 Agustus 2013

Tentang Dayeuhkolot (Part 1)

Berikut adalah tulisan saya dan kawan-kawan Astacala ketika simulasi Perjalanan Wajib Angkatan Lembah Hujan. Tentang Dayeuhkolot, ada tiga bagian, enjoy it!
Peta Dayeuhkolot di Google map

1. Sejarah Dayeuhkolot
Dayeuh Kolot merupakan sebuah kecamatan yang terletak di selatan Bandung,Jawa Barat. Namun siapa yang menyangka,pada jaman dahulu,tepatnya tahun 1670 ternyata dayeuh kolot pernah menjadi sebuah pusat pemerintahan dan dijadikan ibukota  Jawa Barat.Namun nama daerahnya pada masa tersebut bukanlah dayeuh kolot, melainkan karapyak yang artinya nama rakit penyebrangan yang dibuat dari batangan bamboo.Bermula dari sungai citarum ,sungai besar yang mengalir dari kaki gunung geulis,keadaan tanah sungai tersebut  yang landai memungkinkan orang-orang berlalu lalang dengan ramai dengan mempergunakan rakit penyebrangan. “Dengan keadaan yang semakin ramai di daerah sekitar sungai tersebut maka daerah tersebut menjadi daerah pusat perdagangan”seperti yang dikemukakan Pak Kosim,salah seorang warga desa dan juga mantan kepala desa dayeuh kolot.
Pada perkembangan selanjutnya daerah ini dikuasai oleh kerajaan mataram. Pada tahun 1632 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh dipati ukur,dan menyebabkan kekosongan di daerah priangan.Menyadari hal ini,Sultan Agung yang memimpin kerajaan tersebut membagi kerajaan tersebut menjadi tiga kabupaten yang masing-masing dipimpin oleh seorang bupati. Alasan pembagian daerah ini dikarenakan untuk menguatkan pertahanan dan untuk menghindari terjadinya kerusuhan yang mengancam kekuasaan kerajaan Mataram seperti yang dilakukan oleh dipatiukur.Daerah itu adalah Bandung,Sukapura,dan Parakmuncang.
Selanjutnya, Sultan Agung menunjuk tiga orang untuk meminpin ketiga daerah tersebut. Tumenggung wirangunangun sebagai bupati bandung,tumenggung wiradadha sebagai bupati sukapura,dan Tumenggung Tanubaya sebagai bupati parakmuncang. Pengangkatan ketiga bupati ini tertulis jelas di dalam piagam sultan agung. Piagam tersebut merupakan bukti kuat adanya daerah bernama Bandung.
Selanjutnya Bupati kabupaten Bandung, Tumenggung wirangunangun membangun pusat pemerintahannya di suatu tempat di sungai citarum di dekat muara sungai cikapundung. Tempat tersebut adalah karapyak yang kemudian dijadikan ibukota kabupaten bandung. Alasan dipilhnya tempat yang pertama adalah melihat dari segi transportasi yang merupakan aspek penting dalam suatu pemerintahan,karena tempat ini terdapat di tepi sungai citarum,dan pada masa itu transportasi yang ada hanyalah melalui sungai menggunakan rakit. Kedua daerah ini dekat dengan sumber air dan tanahnya subur sehingga sangat layak bagi kelangsungan hidup penduduk.
Setelah beberapa lama  melalui beberapa kejadian dan pertimbangan tertentu seperti adanya pembangunan jalan Anyer – Panarukan oleh Daendels yang dapat memudahkan administrasi yang dibutuhkan suatu pemerintahan selain itu karena daerah Krapyak kerap terkena banjir,pusat pemerintahan kota bandung dipindahkan ke bagian tengah wilayah bandung. Setelah pusat pemerintahan dipindahkan, maka segala hal yang berhubungan dengan pemerintahan dan perekonomian beralih ke daerah baru. Orang-orang lalu menyebut karapyak sebagai kota lama, oleh  karena itu daerah karapyak sekarang ini disebut sebagai dayeuh kolot,dayeuh yang berarti kota, dan kolot yang berarti tua.



2. Peninggalan Sejarah

2.1. Monumen Tugu Moh. Toha
Tugu Moh. Toha
Tugu tampak dekat



Melihat dari hasil pencarian data yang kami dapat monumen tugu moh. Toha tersebut adalah sebuah penghargaan untuk mengenang jasa moh. Toha dan para pahlawan yang ikut serta dalam proses pembakaran gudang amunisi yang dipahami sebagai kelemahan Belanda.
Moh. Toha adalah seorang pejuang yang sangat berjasa besar dalam tragedi bandung lautan api dari sejarah yang ada beliau merelakan diri sebagai pemicu ledakan gudang amunisi tersebut dikarenakan sumbu pemicu untuk meledakkan gudang amunisi tersebut gagal maka moh. Toha sebagai salah satu dari beberapa orang yang diperintahkan untuk meledakkan gudang senjata tersebut, beliau mengajukan diri siap untuk meledakkan gudang tersebut bersama dirinya.


2.2. Stasiun Radio Dayeuh Kolot
Penampakan ketika baru masuk


Jika kita menengok sejarah masa lampau,tentunya tidak luput dengan namanya peninggalan sejarah dan hal tersebut dapat berupa bangunan bersejarah maupun peralatan yang digunakan pada masa itu. Pada pembahasan sejarah ini, penulis akan menyampaikan suatu peninggalan kecil yang berada di kabupaten bandung tepatnya di jalan radio palasari kecamatan dayeuh kolot. Peninggalan masa sejarah yang sekarang di alih fungsikan sebagai “Stasiun Radio Pemancar Dayeuh Kolot” itu dahulunya memiliki kurang lebih 13 menara yang berdiri disekitar stasiun radio tersebut ,menaras tersebut digunakan untuk memancarkan hubungan telegraph dan teleponi radio. Dari dayeuh kolot pula “Berita Proklamasi Kemerdekaan RI” untuk pertama kali disiarkan keluar negeri. Sampai saat ini masih tersisa 2 menara yang bertepat di kampus Institut Teknologi Telkom.
Dari beberapa sumber menyatakan, Stasiun radio dayeuh kolot mulai didirikan pada tahun 1993. Jika kita meilhat dari gerbang bangunan tersebut, efek bangunan masa lampau masih melakat erat di banguan itu dengan tiang bendera yang berdiri kokoh serta merah putih yang berkibar menambah suasana bangunan masa sejarah yang kental. Dan disamping kiri gedung tua itu terdapat satu menara telekomunikasi yang digunakan oleh operator – operator telekomunikasi saat ini. Dari penjelasan narasumber, tempat saat ini menara didirikan dahulunya merupakan tempat salah satu dari ke-13 menara yang di bangun oleh belanda.
Menelisik lebih ke dalam gedung tesebut, sudah banyak perubahan yang terjadi di dalamnya. Antara lain perubahan yang mencolok adalah peralatan telekomunikasi yang sudah tiada kemana atau entah di museumkan oleh pemerintah. Tidak ada data yang jelas yang kami dapatkan dari keberadaan alat telekomunikasi itu saat ini. Satu perubahan yang paling mengganjal menurut saya dari bangunan itu adalah adanya satu lapangan olah raga di dalam bangunan tersebut yang mana tidak mencerminkan bangunan masa sejarah waktu itu. Bangunan itu dulunya juga disebut dengan “Bengkel Dayeuh Kolot” yang merupakan tempat meraparasi peangkat telekomunikasi tempo dulu.

Salah satu menara yang masih ada


BTS yang sekarang Bangunan tua itu sekarang di miliki oleh perusahaan BUMN. PT.Telkom Indonesia yang memegang kontrol didalamnya. Di stasiun radio tersebut tidak hanya operator Telkom yang beroperasi di dalamnya, operator telekomunikasi GSM seperti telkomsel juga menyewa tempat tersebut untuk keperluan telekomunikasinya. Hal tesebut seperti yang telah diungkapkan oleh penjaga dari bangunan tersebut.

tampak pintu masuk
Tampak lebih dalam

Lapangan olahraga

Pintu Belakang
3. Beberapa Adat Istiadat


Berdasarkan sepengetahuan beberapa warga Dayeuh Kolot, adat istiadat di daerah mereka tidak terlalu mencolok, sama seperti adat sunda umumnya. Karena mungkin warga Dayeuhkolot sendiri sudah tercampur dengan warga luar yg bukan asli Dayeuh Kolot. Tapi meskipun tidak banyak ciri khas yang mencolok dari adat Dayeuh Kolot sendiri kita masih bisa menemukan beberapa kegiatan yang masih di jalankan sampai sekarang meskipun sudah jarang ditemui seperti pencak silat, wayang golek, debus dan beberapa tarian yang sering ditampilkan saat ada acara hajatan di sekitar Dayeuh Kolot sendiri. Karena ada pengaruh budaya asing  yang masuk dari luar juga, di akhir hajatan sering ditampilkan acara musik dangdut, begitu penjelasan dari Pak Wendy dan  Ny Saidah yang biasa sering kita sapa “EmaK”.
   Adapun kegiatan warga dayeuhkolot yang sudah dilakukan secara turun temurun yang bisa dikatakan adat mereka yaitu pengajian. Perbedaan pengajian warga dayeuhkolot dengan pengajian lainnya yaitu, setiap 1-2 bulan beberapa warga dayeuhkolot berkumpul untuk mengaji di  mesjid yang ada di dekat rumahnya, dan setiap setahun sekali seluruh warga dayeuhkolot berkumpul semuanyamengadakan pengajian di mesjid terbesar di dekat rumah mereka. 

Ikuti juga tentang Dayeuhkolot pada part 2 dan part 3. Semoga bermanfaat. :)

2 komentar:

  1. Tugu Moh. Toha itu sudah tidak asli.bahkan miripun tidak.

    BalasHapus
  2. Dulu Tugu Pahlawan Mohammad Toha ramai dikunjungi.
    Setelah dirubah. hanya tinggal setumpukan karya seni
    Yang tidak bermakna dan tdk ada yg peduli.
    Disitulah bedanya antara nilai sejarah dan seni.
    Sebetulnya siapa yg lebih tdk menghagai sejarah?

    BalasHapus