Jumat, 27 Juni 2014

Akhirnya, Kuputuskan Mendaftar Pengajar Muda VIII Indonesia Mengajar



             

            Lulus dan mendapatkan gelar sarjana menjadi harapan begitu banyak orang, tetapi hal yang akan dilakukan pasca itu menjadi salah satu milestone dalam hidup, karena saat itu kita akan memilih baik dalam jangka panjang atau pendek tentang kehidupan kita pasca mendapatkan begitu banyak masukan “kata-kata positif” ketika kita kuliah, baik itu dari senior ataupun dari junior, ya inilah awal memasuki dunia sebenarnya.
            Sayapun mengalami masa dimana ada begitu banyak pilihan di depan mata pasca mendapatkan gelar Sarjana Teknik di jurusan Teknik Telekomunikasi di Universitas Telkom d.h. Institut Teknologi Telkom. Sidang di bulan September 2013, sayapun sempat kepikiran untuk lanjut S2 di luar negeri jurusan manajemen, langsung pulang ke kampung halaman, Lumajang untuk beraktifitas disana, bekerja baik itu di Lumajang/kota lain. Kebimbangan itu berhenti saat ada tawaran untuk menjadi salah satu atlet pada “Ekspedisi Astacala 2013: Facing Giant Rock!”, untuk mengibarkan merah putih pertama di Tebing Batu Lawi, Sarawak, Malaysia pada November 2013, dimasa hingga pemberangkatan saya menyibukkan diri dengan persiapan seperti berlatih komunikasi radio, izin, dan beberapa hal lain. Ditengah persiapan itu, saya mendapatkan info lewat twitter bahwa ada pendaftaran Pengajar Muda (PM) VIII Indonesia Mengajar (IM), sebuah mimpi yang dulu sempat saya tanamkan dalam diri pada 2010, saya saat itu belum memiliki alasan yang benar-benar bulat kenapa mendaftar, tetapi saya meyakini bahwa hadir dan mengabdi di daerah terpencil Indonesia itu adalah hal baik dan lagi IM kan punya nama besar dengan reputasi baik pasti bisa mendapatkan banyak hal. Akhirnya saya mendaftar dan mengisi beberapa form yang singkat seperti nama, tempat tanggal lahir, kuliah, saat mengisinya sempat merasa minder karena IPK kurang dari 3, tapi yasudahlah dicoba dulu saja, yang penting niat awal untuk mencoba baik. Hingga masuk pada poin kelima tentang esai, karena begitu banyak dan panjang serta butuh perenungan tentang esai tersebut, saya memutuskan untuk menunda pengerjaannya.

Halaman Web Pendaftaran Pengajar Muda VIII

            Pengerjaan esai benar-benar tertunda saat saya terbang ke Malaysia untuk melaksanakan ekspedisi, saya menjadi tim basecamp yang bertugas untuk menghubungkan rekan-rekan di lapangan dengan sekretariat Astacala dengan menggunakan radio amatir dan juga melakukan penelitian tentang masyarakat adat serta Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Bario, Sarawak, Malaysia. Mereka sangat ramah dan membantu sesuai kemampuan mereka, baik bantuan moril maupun materi, walaupun mungkin saat itu mereka sedang tidak punya uang untuk melayani kita, mereka berusaha meminjam uang di kedai (warung, kafe-red) atau menarik iuran dari rekan-rekan sesama TKI, kebaikan dan ketulusan mereka sangat menyentuh. Sayapun melakukan penelitian tentang kehidupan TKI disana, saya mengikuti aktifitas mereka seharin, dari bangun di pagi hari sampai kembali tidur. Beberapa rekan menjadi TKI karena alasan ekonomi tetapi ada juga yang karena memiliki masalah dirumah dan dikejar-kejar oleh aparat kepolisian dan kepergiannya menjadi TKI sebagai pelarian dari masalah yang dihadapinya, ada juga yang karena mencari pengalaman. Sebelum pada akhirnya ditempat ini (Bario-red), alih-alih mencari tempat yang lebih nyaman, ternyata mereka malah diperlakukan hal yang tidak sepatutnya, telat mendapatkan gaji bahkan tidak sedikit yang kerja tidak dibayar, ditipu agen penyalur TKI dengan diambil gaji 60%, dikajr-kejar oleh Bagian Imigrasi Malaysia, paspor ditahan, tidak diberi makan oleh bos, dan berbagai perlakuan yang lain. Hingga pada akhirnya ada rekan yang mengajak untuk pergi ke Bario, dari segi gaji Bario memang lebih besar, tetapi hal itu membuat mereka semakin terlena, hampir setiap malam mereka mabuk di kedai (kafe-red), memiliki teman perempuan disini walaupun sebenarnya di kampung halaman telah memiliki istri, dan tak sedikit yang pada akhirnya harus bercerai karena masing-masing mereka telah memiliki pasangan lagi. Dalam kerasnya kehidupan, mereka masih saja menebarkan kebahagiaan dengan penuh ketulusan.
            Di titik itu, saya berefleksi bahwa, anak-anak di daerah harus dinaikkan derajat mereka dan salah satu faktor penting dalam hal itu adalah pendidikan, mereka harus mendapatkan pendidikan yang baik, yang bukan hanya pada aspek pengetahuan tapi juga tentang perilaku. Hati kecil saya menjerit keras tentang apa yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka.
Sesampainya di Indonesia, pencarian itu berujung pada semakin bulatnya hati untuk mendaftar sebagai PM VIII, karena berfikir bahwa pencarian itu menjadi salah satu tujuan adanya gerakan ini.
Ketika pada aakhirnya memutuskan mendaftar, hal ini diberiathukan pada oranag tua, ternyata keluarga besar menolak dengan keras bahkan saya dikeluarkan dari group “WhatsApp Family” salah satu kakak meng-unfriend saya di Facebook, bahkan ada perkataan dari Bapak saya, “Kalau masih ingat sama bapak,gak perlu daftar IM!” Ditengah chaosnya hal yang terjadi, dengan keyakinan bahwa yang saya lakukan adalah hal baik dan dengan niat baik, saya masih meneruskan proses pendafaran PM VIII dan berusaha mengakomodir keinginan orang tua untuk segera bekerja. Alhamdulillah pasca mendapat pekerjaan di salah satu perusahan Telekomunikasi swasta di Bandung, suasana hati orang tua mulai membaik, hingga pada akhirnya dinyatakan diterima sebagai Calon PM VIII, saya pulang dan menjelaskan kepada orang tua tentang kegiatan IM ini, tujuannya, apa yang saya inginkan, dan alhamdulillah disetujui walaupun masih terlihat begitu banyak pertanyaan dan menyayangkan kenapa keputusan masuk IM saya ambil, dengan berat hati orang tua mengizinkan dan melepas kepergian saya ke Jakarta untuk pelatihan.
Dan ketika berada di pelatihan saya sering melakukan komunikasi dengan orang tua walaupun hanya sebentar, dan saya benar-benar lega ketika pada pekan ke-8 bapak menelfon saya dengan waktu yang cukup lama, saat itu saya menceritakan bahwa pagi tadi saya dilantik dan telah resmi menjadi Pengajar Muda VIII, hari Minggu depan akan diberangkatkan ke Bima, Nusa Tenggara Barat untuk mengabdi selama satu tahun, Bapak tiba-tiba berkata, “hati-hati disana, dan Selamat Bertugas!” Sebuah kalimat singkat tetapi sangat dalam, sebuah kalimat supportif atas sebuah keputusan kontroversial pilihan anak yang awalnya ditolak dengan sangat keras.
Keluarga Inspirasiku

Disitu saya belajar bahwa ketika niat kita baik dalam melakukan sesuatu, orang tua sebenarnya tahu bahwa hal yang kita lakukan adalah baik, tetapi karena ingin melihat anaknya hidup bahagia dan sejahtera, dan mereka tidak melihat itu pada pilihan hidup kita, sangat wajar jika mereka menolak, dan saat kita kuat dengan pilihan kita dan sabar menjelaskan alasan pengambilan keputusan kepada orang tua saya yakin respon orang tua juga akan sama.
Dan hari ini, adalah H-3 pemberangkatan saya ke Bima, sebuah tempat yang akan menjadi tempat belajar dan berbagi disana selama satu tahun. Teriring do’a semoga niat ini terus diluruskan, dimaksimalkan usaha saya, dan tetap rendah hati dalam melaksanakannya. Selalu ingat bahwa selama  setahun nanti jika ada pahala, semua akan terus mengalir untuk kedua orang tua.
Hangatnya suasana di Wisma Handayani, Jakarta Selatan
12 Juni 2014

Essay Mendaftar Pengajar Muda VIII Indonesia Mengajar



Foto Pengajar Muda VIII


          Ini adalah Essay yang saya kirimkan sat mendaftar sebagai Pengajar Muda VIII Indonesia Mengajar, dan alhamdulillah saya diterima dalam rekruitasi ini. Tetapi essay ini tidak lengkap, jadi jika ingin mendapatkan versi lengkapnya, silahkan hubungi saya via
email: mcatursaifudin@gmail.com atau twitter @catur_ms


Pengalaman Organisasi Dalam kampus dan Kontribusi Terbesar yang Anda Berikan?

Pengalaman selama menjadi Menteri Pengabdian Masyarakat BEM IT Telkom 2010
Sejak BEM lahir hingga 2009, setiap terjadi bencana UKM/Ormawa di IT Telkom bergerak sendiri-sendiri untuk membantu. Untuk memberikan dampak yang lebih besar, saat di BEM 2010 saya mengumpulkan kawan-kawan Korps Sukarela (KSR) PMI ITT dan Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam IT Telkom (Astacala) untuk membicarakan fenomena bencana dan kontribusi mahasiswa ITT. Saat itulah dicetuskan Badan Tanggap Bencana IT Telkom dan dibuatlah Standard Operational Procedure (SOP) dengan pembagian BEM pada tataran pencarian dana dan hubungan ke rektorat untuk Astacala dan KSR pada tataran teknis. Selama 2010, BTB telah membantu tenaga relawan, dana, dan juga logistik di bencana Mentawai, Merapi, dan banjir Dayeuhkolot.

Pengalaman selama menjadi  Kepala HRD BEM IT Telkom 2012
HRD fokus penjagaan dan pengembangan  SDM, selama di BEM, kegiatan yang dilakukan oleh HRD hanya berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keakraban saja. Menurut saya seorang pengurus BEM juga harus memiliki ketangguhan dan grass root understanding tinggi, karena mereka akan menghadapi banyak tantangan dan mereka adalah pemimpin yang punya rakyat. Untuk ketangguhan, saya memberikan ide mengadakan long march selama 6jam sebagai bekal sebelum menjadi pengurus BEM. Untuk grass root understanding, saya memberikan ide mengadakan BEM Changemaker, program menginap,beraktifitas,dan berkontribusi di desa terpencil. Dengan harapan bahwa mereka telah melewati hal sulit ini,sehingga di BEM mereka tidak mengeluh tapi bersyukur atas suatu kondisi.

Pengalaman saat menjadi Dewan Pengurus Astacala
Astacala memiliki standar operasional procedure berkegiatan alam bebas yang aman. Banyak sisi positif yang tidak terekspos organisasi ini,sosmed mati dipegang senior yang tidak dikampus. Saya baru saja menjadi Dewan Pengurus 2013 berinisiatif menghidupkan dan menjadikan Astacala lebih terbuka dengan menjadi admin Facebook,Twitter,dan Youtube. Di akun ini, saya berusaha berbagi dan mengajak Astacalaers untuk terlibat sharing ke publik tentang aktifitas organisasi dan ilmu alam bebas seperti safety procedure,Navigasi Darat, Fotografi,dll. Masyarakat kampus dan luar kampus mendapat banyak informasi tentang kegiatan Astacala dan ilmu berkegiatan alam bebas,banyak orang yang share dan retweet, bahkan sekali posting yang melihat postingan itu bisa sampai 1000.

Selain itu ada juga :

Pengalaman Organisasi Luar kampus dan Kontribusi Terbesar yang Anda Berikan?

Pengalaman Kepanitiaan dan Kontribusi Terbesar yang Anda Berikan? 

Untuk dua pertanyaan ini ada di essay lengkap saya, kalau mau, silahkan email saya ya. :)

Lalu, ada beberapa essay lagi, ini beberapa diantaranya: 

Pin Pengajar Muda VIII

Apa motivasi Anda bergabung menjadi Pengajar Muda Indonesia Mengajar?
Menjadi orang terdepan di barisan terdepan suatu perjuangan! Hal itulah yang menjadi tekad saya dalam menjalani kehidupan. Hal itu adalah kombinasi dari pembacan medan, pembacaan potensi diri, kontribusi, dan tentu saja tekad untuk menjadi lebih baik lagi!
Pertama kali mendapat informasi IM ini pada 2010, saya saat itu mendapat informasi lewat link dari teman, akhirnya saya mendownload beberapa video tentang IM dan membuat sebuah playlist dengan judul, “My Dream” dan saya sering mendengarkannya ketika melakukan aktifitas yang menggunakan laptop.
Tekad turun tangan sebagai PM ini semakin bulat pasca megikuti Ekspedisi Astacala 2013. Ketika Ekspedisi sekitar 3minggu di Malaysia, saya tinggal dan hidup bersama TKI, merasakan kerasnya hidup mereka. Mereka kerja disini bukan enak tapi berat, baik dari sisi pekerjaan seperti angkut pasir yang beratnya hampir 60Kg, juga berat meninggalkan orang tua, anak, dan istri dirumah. Ternyata hal itu malah menjadi masalah lain beberapa ada yang melakukan perselingkuhan dengan wanita setempat ada yang berakhir bercerai ada juga yang tidak ketahuan, belum lagi terpengaruh minuman dan judi yang tidak mereka lakukan di Indonesia. Saya menemukan fakta bahwa mayoritas TKI adalah anak daerah yang awalnya tidak mengetahui hingar bingar perkotaan, disitu saya berfikir bahwa anak-anak daerah harus melakukan lompatan-lompatan kehidupan dengan jalur melaksanakan tahapan pendidikan agar hidupnya lebih sukses dan bermakna di negara mereka sendiri,sehingga tidak perlu menjadi TKI.

Hal itulah yang mendorong saya untuk mendaftar PM, karena saya ingin membantu adik-adik melakukan lompatan-lompatan kehidupan dengan cara mengajar.

Mengajar memang telah memiliki tempat tersendiri dalam hidup saya, selain karena background kuat keluarga saya tapi pengalaman pribadi yang telah membentuk seperti sekarang ini karena mengajar, mengajar telah memberikan saya tekad untuk terus berusaha menjadi lebih baik! Saya juga ingin menularkan semangat ini, semangat untuk mengajar dan berbagi kepada orang lain! Dan saya yakin bahwa di setiap senyum tambahan ilmu adik-adik itu ada pahala yang akan terus mengalir.

Dalam kehidupan kita ada hal yang menjadi pemberian dan ada pula yang pilihan. 

Dilahirkan di keluarga yang tinggal di desa-desa terpencil adalah Pemberian Tuhan, tapi bagaimana mereka hidup setelah itu adalah suatu pilihan. Saya ingin turut membantu adik-adik dalam melewati keterbatasan mereka seperti biaya, keberanian bermimpi untuk berpendidikan tinggi, pergi ke luar negeri, dan berbagai keterbatasan lain hingga pada akhirnya mereka bisa melakukan lompatan-lompatan kehidupan melalui jalur Pendidikan, dengan cara Mengajar.
Sekali dapat melakukan lompatan kehidupan, hal ini akan banyak menginpirasi mereka untuk melakukan lompatan kehidupan yang lain. Kemampuan mereka dalam melakukan lompatan kehidupan akan berdampak bukan hanya pada diri mereka sendiri, tetapi juga pada orang tua, guru, masyarakat setempat, Dinas Pendidikan, dan bahkan saudara-saudara diluar sana yang jauh lebih beruntung dari mereka, hal itu akan menjadi pesan optimisme Negeri ini, bahwa saat ini sedang banyak anak-anak negeri yang sedang berproses dan siap memberikan kejayaan pada Bangsa ini! Dan ketika mereka berhasil melakukan lompatan itu, hal itu akan memberikan kebahagiaan bagi saya, kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Selain mentransfer semangat mengajar dan membantu adik-adik dalam melakukan lompatan kehidupan, hal yang juga sangat memotivasi saya untuk mendaftar Pengajar Muda adalah kesempatan belajar tentang banyak hal dan hal ini juga akan menunjang tekad saya untuk menjadi Pengusaha dan pemegang kebijakan.
IM sejatinya memiliki dua track utama, pertama mengisi kekurangan guru SD yang selama ini memang sangat kurang dan kedua adalah mempersiapkan future leaders yang memiliki world class competence and grass root understanding.
Dengan target perubahan yang jelas dan manajerial yang baik, hal ini semakin memaksimalkan proses belajar para PM. Belajar tentang kepemimpinan menghadapi dan mendampingi anak-anak, belajar tentang tatanan, budaya, dan struktur masyarakat, belajar untuk melakukan perubahan di masyarakat. Adalah suatu penghormatan bagi saya apabila diberikan kesempatan belajar tentang berbagai hal ini lewat Indonesia Mengajar.


Ceritakan pengalaman anda ketika berusaha mencapai kesepakatan dalam situasi yang sulit di organisasi/pekerjaan.
Selain mencapai kesepakatan sulit ketika mendaftar PM, ada cerita tentang kronologis Deklarasi Norma Kehidupan Bermasyarakat di lingkungan Yayasan Pendidikan Telkom (YPT).
YPT adalah yayasan pendidikan dibawah PT Telkom yang membawahi empat kampus, IT Telkom, IM Telkom, Politeknik Telkom,dan STISI Telkom. Cerita itu berawal dari kebijakan baru YPT pertengahan 2009 untuk menempatkan seluruh kampus ke Dayeuhkolot. ITT sudah di Dayeuhkolot sejak 1993, Politeknik berdiri pada 2008 di Dayeuhkolot, dan IMT angkatan baru 2010 sudah di Dayeuhkolot, STISI Telkom belum ada kabar akan pindah.
Permasalahan sosial mulai muncul, budaya kampus yang berbeda memberikan dampak pada perubahan budaya masyarakat setempat terutama anak kecil dan remaja. Makin marak pencurian laptop, kosan campur laki-laki dan perempuan semakin banyak, tengah malam banyak terdengar kebisingan dari candaan atau suara musik mahasiswa, dan berujung pada Ketua RW dan aparatnya mempergoki pasangan mahasiswa yang (mohon maaf) sedang telanjang dikamar.
Menurut saya, yang saat itu menjabat menteri Pengabdian Masyarakat BEM 2010,dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung dan ketika budaya setempat tergeser maka senyatanya hal itu adalah sebuah masalah. Sehingga perlu dibuat aturan untuk menciptakan kehidupan sosial bermasyarakat yang damai, santun,tertib,aman,dan nyaman.
Maret 2010,saya mengadakan Silaturahim dan Forum Diskusi untuk membuat peraturan kosan yang mempertemukan mahasiswa&UKM se-ITTelkom, ketua RT/RW dan rektorat. Ternyata beberapa mahasiswa umum dan pengurus BEM diluar kementrian PengMasy mempertanyakan peraturan ini terutama jam malam. Saya menyayangkan sikap pengurus, karena ketika pemaparan Program Kerja (proker) sudah disampaikan rencana kegiatan ini. Saat itu, BEM berada di posisi sulit, disatu sisi muncul tekanan dari mahasiswa dan disisi lain muncul tekanan dari masyarakat untuk segera mengesahkan peraturan.
Pertemuan selesai, belum satunya suara membuat pertemuan deadlock. Saat itu Presiden Mahasiswa menyerahkan ke saya tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya. Bagi saya, pantang mundur hanya karena tekanan, kami berusaha menuntaskan apa yang sudah dimulai.
Keesokan harinya, saya dan staf mengevaluasi pertemuan semalam. Kami berkesimpulan bahwa perlu ada diskusi berlevel dan terpisah agar lebih mudah mencapai kesepakatan, setelah semua sepakat barulah dilakukan penandatangan deklarasi. Satu hal yang penting adalah kami tidak dapat bekerja sendirian tapi perlu mengajak stakeholder untuk bersama-sama menyelesaikan ini.
BEM 2010 baru berjalan 2 bulan, masih banyak mimpi kami yang belum terwujud. Saya meminta rekan-rekan untuk tetap fokus pada proker lain sesuai PJ-nya, perturan kosan ini biarkan menjadi tanggung jawab saya.
Saya membuat jadwal diskusi level BEM,KBM,dan Institusi, setelah itu barulah ke BEM kampus lain. Dikusi level BEM awalnya dikira akan muncul konfik ternyata lancar. Sebelum diskusi KBM, kami membuat propaganda tentang kondisi sekitar kampus dan urgensi peraturan . Diskusi level KBM dilakukan dan alhamdulillah lancar, diskusi institusi juga berjalan lancar,bahkan WaRek I membantu memperbaiki redaksionalnya dan menjanjikan akan menyelenggarakan pertemuan untuk mendeklarasikannya.
Saya berkunjung ke BEM Politeknik, mereka juga sepakat. Saya ke BEM IMT, diskusi cukup alot, perbedaan budaya kampus manajemen dengan teknik membuat mereka banyak mempertanyakan hal ini terutama jam malam, terkait poin lain seperti keamanan mereka sepakat. Tetap deadlock, saya meminta bertemu PresMa IMT,dia lebih bisa mengerti,Alhamdulillah BEM 3kampus telah sepakat.
Setelah semua sepakat, saya mengatakan ke institusi dan sesuai janji mereka, pertemuan antara 3BEM, 3Kepala Desa, 3Rektorat, YPT, dan Ketua RW untuk penandatanganan akan diadakan dan undangannya ditandatangani langsung oleh Rektor ITT. Norma Kehidupan Masyarakat telah resmi dideklarasikan pada 26 November’10. Masa kepengurusan saya di BEM berakhir, saya berusaha mentransfer informasi kepada menteri yang baru tentang Norma ini dan beberapa rencana menegakkannya. Sosialisasi telah dilakukan dengan cara menempelkan Norma di banyak kosan sekitar kampus. Tapi sayang perbedaan fokus isu kementrian ditiap tahunnya membuat penegakan ini kurang berjalan. Tapi paling tidak, dengan ditempelnya Norma itu semua mahasiswa sekitar kampus tahu mana yang melanggar dan tidak. Saya masih sangat berharap suatu saat nanti kondisi sekitar kampus menjadi kondusif dan nyaman.Amin

Ceritakan kekecewaan terbesar anda dan bagaimana anda mengelolanya.
Pengalaman itu terjadi ketika saya baru saja menjadi seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP), masa labil bagi saya, masa menemukan identitas diri, masa belum bisa memilah mana yang baik dan buruk? Saya awalnya bersekolah di Sekolah Dasar (SD) pinggiran kota, saat SMP saya bersekolah di sekolah tengah kota. Saya berada di kelas yang banyak anak nakalnya. Hal ini berdampak pada psikologis saya, saya menjadi anak SMP yang berusaha keren, merasa dewasa,dan merasa gaul.
Saya duduk di barisan pojok bersama kawan-kawan yang setipe, saat itu sama-sama nakal. Saya datang di pagi hari dan berada di pojok sekolah untuk merokok, beberapa kali membolos dengan cara naik pagar. Di tahun baru saya bersama kawan-kawan pergi nonton konser dan sebelum pergi kesana rekan-rekan saya minum-minuman keras terlebih dahulu, tapi saya tidak mau minum dan hanya merokok. Saya juga berkelahi di sekolah, kawan saya biasa mengistilahkan “senggol bacok!” Saat memiliki adik kelas, saya biasa memintai mereka uang. Dan yang menurut saya paling parah adalah saat itu saya sering melecehkan wanita (mohon maaf tidak bisa disebutkan).
Saya melakukan semua itu selama satu setengah tahun, beruntung saya masih naik kelas. Hal ini tentu saja berdampak pada nilai raport, saya yang ketika SD berprestasi tiba-tiba nilai SMP sangat jatuh sejatuh-jatuhnya. Pasca menerima raport semester3, saya sangat kaget menerima itu semua. Orang tua saya yang berlatar belakang pendidikan ternyata tidak menegur saya tapi juga tidak mengatakan apa-apa, sikap itulah yang semakin menyayat hati saya.
Kakak pertama baru saja menyelesaikan sarjananya dan sedang dirumah, kakak sayalah yang mencoba mengajak bicara pelan-pelan. Beliau bertanya tentang alasan hal ini terjadi, saya diam dan kakak saya memotivasi saya dengan mengatakan “Ayo dek! Kamu gak pengen nyenengin orang tua?” Hal itu terus terngiang-ngiang di otak saya, dan saat itu saya bertekad untuk ingin terus membahagiakan dan membanggakan kedua orang tua.
Saya memulai langkah pertama perbaikan dengan memasang target “Masuk 10 besar di kelas pada semester depan!”
Saya mulai membiasakan untuk belajar, mulai rajin sholat, mulai meninggalkan rokok, dan ikatan dengan kawan-kawan awal SMP juga sedikit saya renggangkan dan mencoba menjalin persahabatan dengan kawan yang lain. Sering saya mendapat ajakan kawan, “Tur, ayo ke Bu Bas (tempat biasa merokok)” saya mengatakan, “Duluan saja!” Ketika Ujian Akhir Sekolah (UAS) di semester 4 saya sudah tidak mau menyontek dan ingin menggapai 10 besar itu dengan usaha sendiri! Beberapa hari menjelang pembagian raport, saya merasa khawatir tidak bisa meraihnya. Selesai sholat Ashar, saya berdo’a dan tiba-tiba meneteskan air mata, itulah pertama kali saya meneteskan air mata ketika berdo’a.
Hari penerimaan raport tiba, saya menunggu dengan cemas, setelah dikasih tahu, ternyata saya mendapatkan rangking 10 di kelas. Betapa bersyukurnya saya saat itu, karena telah berhasil mendapatkan apa yang diimpikan.
Dengan tekad ingin terus membahagiakan dan membanggakan kedua orang tua, saya masih terus berusaha melakukan yang terbaik, terus berporses menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya saat Sekolah Menengah Atas (SMA) saya mengusahakan untuk masuk di Kelas Unggulan agar tidak dikenakan biaya sekolah, dan alhamdulillah saya masuk di kelas itu selama 3tahun.
Hal baik itu terus berlanjut hingga kuliah, saya masih terus berproses melakukan berbagai hal hingga pada akhirnya melihat keluarga saya belum pernah ada yang keluar negeri, maka saya bertekad untuk Go International pada 2013! Dan Alhamdulillah dengan dana sponsor bukan dana orang tua, saya berhasil mengikuti konferensi Mahasiswa Internasional di Jerman.
Saat lebaran 2013 ini, ibu dengan bangga mengatakan kepada saudara yang datang bahwa anaknya baru saja dari Jerman. Saya hampir tidak bisa menahan air mata saat mendengar itu.
Saat itu saya memahami bahwa masa-masa hidup yang sulit akan merubah kita sedikit demi sedikit, ketika konsisten pada perubahan itu, kita akan menemukan bahwa semua akan Indah pada saatnya!



Selain ini, juga ada beberapa essay yang harus dilengkapi, jika tertarik, hubungi via email atau twitter saja ya. Saya juga membuat video profil saya untuk menambah gambaran tentang diri saya.
Semoga bermanfaat. ;)