Lulus
dan mendapatkan gelar sarjana menjadi harapan begitu banyak orang, tetapi hal
yang akan dilakukan pasca itu menjadi salah satu milestone dalam hidup, karena saat itu kita akan memilih baik dalam
jangka panjang atau pendek tentang kehidupan kita pasca mendapatkan begitu
banyak masukan “kata-kata positif” ketika kita kuliah, baik itu dari senior
ataupun dari junior, ya inilah awal memasuki dunia sebenarnya.
Sayapun
mengalami masa dimana ada begitu banyak pilihan di depan mata pasca mendapatkan
gelar Sarjana Teknik di jurusan Teknik Telekomunikasi di Universitas Telkom
d.h. Institut Teknologi Telkom. Sidang di bulan September 2013, sayapun sempat
kepikiran untuk lanjut S2 di luar negeri jurusan manajemen, langsung pulang ke
kampung halaman, Lumajang untuk beraktifitas disana, bekerja baik itu di
Lumajang/kota lain. Kebimbangan itu berhenti saat ada tawaran untuk menjadi
salah satu atlet pada “Ekspedisi Astacala 2013: Facing Giant Rock!”, untuk
mengibarkan merah putih pertama di Tebing Batu Lawi, Sarawak, Malaysia pada
November 2013, dimasa hingga pemberangkatan saya menyibukkan diri dengan
persiapan seperti berlatih komunikasi radio, izin, dan beberapa hal lain.
Ditengah persiapan itu, saya mendapatkan info lewat twitter bahwa ada
pendaftaran Pengajar Muda (PM) VIII Indonesia Mengajar (IM), sebuah mimpi yang
dulu sempat saya tanamkan dalam diri pada 2010, saya saat itu belum memiliki alasan
yang benar-benar bulat kenapa mendaftar, tetapi saya meyakini bahwa hadir dan
mengabdi di daerah terpencil Indonesia itu adalah hal baik dan lagi IM kan
punya nama besar dengan reputasi baik pasti bisa mendapatkan banyak hal.
Akhirnya saya mendaftar dan mengisi beberapa form yang singkat seperti nama,
tempat tanggal lahir, kuliah, saat mengisinya sempat merasa minder karena IPK
kurang dari 3, tapi yasudahlah dicoba dulu saja, yang penting niat awal untuk
mencoba baik. Hingga masuk pada poin kelima tentang esai, karena begitu banyak
dan panjang serta butuh perenungan tentang esai tersebut, saya memutuskan untuk
menunda pengerjaannya.
Halaman Web Pendaftaran Pengajar Muda VIII |
Pengerjaan
esai benar-benar tertunda saat saya terbang ke Malaysia untuk melaksanakan
ekspedisi, saya menjadi tim basecamp yang bertugas untuk menghubungkan
rekan-rekan di lapangan dengan sekretariat Astacala dengan menggunakan radio
amatir dan juga melakukan penelitian tentang masyarakat adat serta Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Bario, Sarawak, Malaysia. Mereka sangat ramah dan membantu sesuai
kemampuan mereka, baik bantuan moril maupun materi, walaupun mungkin saat itu
mereka sedang tidak punya uang untuk melayani kita, mereka berusaha meminjam
uang di kedai (warung, kafe-red) atau menarik iuran dari rekan-rekan sesama
TKI, kebaikan dan ketulusan mereka sangat menyentuh. Sayapun melakukan
penelitian tentang kehidupan TKI disana, saya mengikuti aktifitas mereka
seharin, dari bangun di pagi hari sampai kembali tidur. Beberapa rekan menjadi
TKI karena alasan ekonomi tetapi ada juga yang karena memiliki masalah dirumah
dan dikejar-kejar oleh aparat kepolisian dan kepergiannya menjadi TKI sebagai
pelarian dari masalah yang dihadapinya, ada juga yang karena mencari
pengalaman. Sebelum pada akhirnya ditempat ini (Bario-red), alih-alih mencari tempat
yang lebih nyaman, ternyata mereka malah diperlakukan hal yang tidak
sepatutnya, telat mendapatkan gaji bahkan tidak sedikit yang kerja tidak
dibayar, ditipu agen penyalur TKI dengan diambil gaji 60%, dikajr-kejar oleh
Bagian Imigrasi Malaysia, paspor ditahan, tidak diberi makan oleh bos, dan
berbagai perlakuan yang lain. Hingga pada akhirnya ada rekan yang mengajak
untuk pergi ke Bario, dari segi gaji Bario memang lebih besar, tetapi hal itu
membuat mereka semakin terlena, hampir setiap malam mereka mabuk di kedai
(kafe-red), memiliki teman perempuan disini walaupun sebenarnya di kampung
halaman telah memiliki istri, dan tak sedikit yang pada akhirnya harus bercerai
karena masing-masing mereka telah memiliki pasangan lagi. Dalam kerasnya
kehidupan, mereka masih saja menebarkan kebahagiaan dengan penuh ketulusan.
Di
titik itu, saya berefleksi bahwa, anak-anak di daerah harus dinaikkan derajat
mereka dan salah satu faktor penting dalam hal itu adalah pendidikan, mereka
harus mendapatkan pendidikan yang baik, yang bukan hanya pada aspek pengetahuan
tapi juga tentang perilaku. Hati kecil saya menjerit keras tentang apa yang
bisa saya lakukan untuk membantu mereka.
Sesampainya di Indonesia, pencarian itu
berujung pada semakin bulatnya hati untuk mendaftar sebagai PM VIII, karena
berfikir bahwa pencarian itu menjadi salah satu tujuan adanya gerakan ini.
Ketika pada aakhirnya memutuskan
mendaftar, hal ini diberiathukan pada oranag tua, ternyata keluarga besar
menolak dengan keras bahkan saya dikeluarkan dari group “WhatsApp Family” salah
satu kakak meng-unfriend saya di Facebook, bahkan ada perkataan dari Bapak
saya, “Kalau masih ingat sama bapak,gak perlu daftar IM!” Ditengah chaosnya hal
yang terjadi, dengan keyakinan bahwa yang saya lakukan adalah hal baik dan
dengan niat baik, saya masih meneruskan proses pendafaran PM VIII dan berusaha
mengakomodir keinginan orang tua untuk segera bekerja. Alhamdulillah pasca
mendapat pekerjaan di salah satu perusahan Telekomunikasi swasta di Bandung,
suasana hati orang tua mulai membaik, hingga pada akhirnya dinyatakan diterima
sebagai Calon PM VIII, saya pulang dan menjelaskan kepada orang tua tentang
kegiatan IM ini, tujuannya, apa yang saya inginkan, dan alhamdulillah disetujui
walaupun masih terlihat begitu banyak pertanyaan dan menyayangkan kenapa
keputusan masuk IM saya ambil, dengan berat hati orang tua mengizinkan dan
melepas kepergian saya ke Jakarta untuk pelatihan.
Dan ketika berada di pelatihan saya
sering melakukan komunikasi dengan orang tua walaupun hanya sebentar, dan saya
benar-benar lega ketika pada pekan ke-8 bapak menelfon saya dengan waktu yang
cukup lama, saat itu saya menceritakan bahwa pagi tadi saya dilantik dan telah
resmi menjadi Pengajar Muda VIII, hari Minggu depan akan diberangkatkan ke
Bima, Nusa Tenggara Barat untuk mengabdi selama satu tahun, Bapak tiba-tiba
berkata, “hati-hati disana, dan Selamat Bertugas!” Sebuah kalimat singkat
tetapi sangat dalam, sebuah kalimat supportif atas sebuah keputusan
kontroversial pilihan anak yang awalnya ditolak dengan sangat keras.
Keluarga Inspirasiku |
Disitu saya belajar bahwa ketika niat kita
baik dalam melakukan sesuatu, orang tua sebenarnya tahu bahwa hal yang kita
lakukan adalah baik, tetapi karena ingin melihat anaknya hidup bahagia dan
sejahtera, dan mereka tidak melihat itu pada pilihan hidup kita, sangat wajar
jika mereka menolak, dan saat kita kuat dengan pilihan kita dan sabar
menjelaskan alasan pengambilan keputusan kepada orang tua saya yakin respon
orang tua juga akan sama.
Dan hari ini, adalah H-3 pemberangkatan
saya ke Bima, sebuah tempat yang akan menjadi tempat belajar dan berbagi disana
selama satu tahun. Teriring do’a semoga niat ini terus diluruskan,
dimaksimalkan usaha saya, dan tetap rendah hati dalam melaksanakannya. Selalu
ingat bahwa selama setahun nanti jika ada
pahala, semua akan terus mengalir untuk kedua orang tua.
Hangatnya suasana di
Wisma Handayani, Jakarta Selatan
12 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar