Jumat, 27 Juni 2014

Persahabatanku dengan Dunia Menggambar


Catur, itu nama panggilan yang biasa teman-teman sematkan kepadaku. Dihari pertama masuk Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1996, saya yang tidak bersekolahdi Taman Kanak-kanak (TK), diminta untuk menggambar sesuatu, sempat bengong beberapa saatkarena bingung akan menggambar apa? Tidak punya latar belakang menggambar sekali, wajah pucat, tampak begitu stress ketika diminta menggambar. Akhirnya saya memutuskan untuk menggambar hal yang menurut saya sederhana, Bungkus R*kok, sebuah kotak yang diwarnai merah dan diberi tulisan merk, itu adalah gambar pertama saya yang sangat sederhana di sekolah formal. Pasca itu, kegiatan menggambar selalu menjadi sebuah beban tersendiri bagi saya, sehingga banyak menghindari kegiatan menggambar bahkan hingga menginjakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA), ketika kuliahpun tidak ada aktifitas yang berhubungan dengan menggambar kreatif, hal itu memberi kesan bahwa “Saya tidak bisa dan tidak berbakat menggambar.”
Ketika mulai masuk Pelatihan Calon Pengajar Muda VIII Indonesia Mengajar, menggambar menjadi hal yang sangat umum dilakukan, untuk mengilustrasikan ide, solusi atas sebuah pernasalahan, dll.Saya menyadari bahwa, menggambar akan menjadi kebutuhan yang cukup penting selama setahun kedepan ketika penugasan di daerah, dan sudah seharusnya juga berhenti untuk terus menghindar. Saya mulai bersahabat dengan dunia menggambar, senantiasa berusaha terlibat dalam menggambar, baik dengan mewarnai ataupun menggambar hal yang sederhana.
Pada minggu ketiga pelatihan Calon Pengajar Muda VIII Indonesia Mengajar, kegiatan berfokus kepada metode belajar kreatif dimana kegiatan yang dilakukan banyak berkaitan dengan dunia menggambar.Berujung pada saat materi tematik, kelompok dibagi menjadi dua orang, dimana saya mendapat bagian untuk menggambar Big Book. Kami berdua diminta untuk menggambar, sehingga tidak ada pilihan lagi bahwa saya memang harus menggambar. Di titik itu, saya berusaha membebaskan diri  untuk menggambar dan menikmati prosesnya. Secara hasil mungkin big book itu biasa saja, tetapi saya sangat menikmati proses pencurahan emosi di gambar itu. Saya semakin menyadari bahwa, bukan masalah tentang berbakat atau tidak dalam menggambar, tapi kemauan untuk terlibat dalam berproses.
Oleh: Muhammad Catur Saifudin, @catur_ms

Tidak ada komentar:

Posting Komentar