Jumat, 27 Juni 2014

Tentang Sebuah Kota Kecil yang Bernama Bario



Kalimat Sambutan di Bandara Bario, Kelabit Highland, Sarawak, Malaysia
Bario, sebuah kota kecil terletak di Negara Jiran Malaysia yang berbatasan langsung dengan Indonesia di pulau Kalimantan. Bario terletak di pedalaman daerah Baram di bagian keempat dan daerah Limbang dibagian kelima Serawak. Untuk menuju tempat ini perlu menggunakan pesawat twin otter dari Miri, Serawak, Malaysia.
Berdasarkan paparan narasumber, Bario berasal dari bahasa Kelabit yang terdiri dari dua kata yaitu Ba yang berarti Basah dan Riew dan angin, hal ini bisa dirasakan ketika dipagi hari saat angin berhembus membawa embun air. Bario terletak pada ketinggian kira–kira 3350 kaki dari permukaan laut menjadikannya dingin selalu. Bario terdiri dari 13 daerah, yaitu Kampung Baru, Kampung Padang Pasir, Kampung Pa’Ramapuh Atas, Kampung Pa’Ramapuh Bawah, Kampung Ulung Palang Atas, Kampung Ulung Palang Bawah, Kampung Pa’ Ukat, Kampung Pa’Umor, Kampung Arur Layun, Kampung Bario Asal, Kampung Arur Dalan, Kampung Pa’ Derung, dan Kampung Pa’ Lungan.
Peta Bario
 Data tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Bario sebesar 1011 dengan mayoritas adalah penduduk asli yaitu Suku Dayak Kelabit yang tinggal di kawasan pedalaman dan hulu-hulu sungai. Suku ini masih satu rumpun degan Suku Dayak yang berada di Pulau Kalimantan, sehingga masih banyak orang keturunan Indonesia yang berada disana. Dari segi etnis, penduduk Bario sangatlah plural, penduduk terbanyak kedua di wilayah ini adalah orang Indonesia yang datang untuk bekerja disana. Selain bekerja, banyak orang Indonesia yang pada akhirnya berkeluarga disana dan menjadi Warga Negara Malaysia. Selain itu juga ada etnis Tionghoa yang tinggal di daerah ini. Bario menjadi salah satu kunjungan para wisatawan asing terutama eropa karena kondisi alamnya yang masih asli, beberapa negara tersebut adalah Inggris, Swiss, Perancis, dll karena betah berada disini, akhirnya mereka tinggal dan menjadi Warga Negara Malaysia, selain itu juga ada beberapa warga asing tersebut yang tinggal disana karena menjalankan proyek “Community Development Project” sebuah proyek perkembangan masyarakat desa yang dibuat oleh pemerintah Malaysia dan dilakukan oleh Tim dari berbagai negara. Melayu adalah suku minoritas di wilayah ini, mereka umumnya adalah aparat pemerintah yang ditugaskan disini seperti polisi, petugas Imigrasi, tenaga bantu kesehatan, tentara, ataupun guru.
Berada di daerah yang masih sangat alami, mayoritas penduduk Bario adalah Petani khususnya padi dengan sistem alami, daerah ini memliki beras cukup terkenal yaitu Beras Bario yang ukurannya lebih besar dari beras biasa, untuk semakin meningkatkan produksi padinya, pemerintah memiliki kebijakan untuk perluasan lahan pertanian dan pembuatan sistem irigasi di beberapa daerah terpencil Serawak, termasuk Bario. Mata pencaharian terbesar kedua Bario adalah pedagang, membuka kedai (toko/warung-red) yang didalamnya menjual makanan atau kebutuan sehari-hari. Selain itu, penduduk disana juga berdagang pasir dan batu yang memang sangat melimpah disana, batu dan pasir itu biasanya digunakan untuk membuat jalan. Salah satu kebiasaan penduduk Suku Dayak Kelabit yang masih bertahan sampai sekarang dan menjadi mata pencaharian adalah beternak dan berburu. Umumnya penduduk disini beternak ikan dengan membuat kolam baik itu disamping rumah ataupun di sawah. Untuk berburu, hewan yang biasanya diburu adalah rusa, kijang, dan beberapa hewan hutan lain. Hewan yang didapat dari beternak ataupun diburu biasanya dijual kepada kawan-kawan sendiri, karena memang tidak sedikit yang mencari hewan-hewan tersebut untuk dikonsumsi. Selain itu, ada juga beberapa minoritas masyarakat yang menjadi Agensi Kerajaan Serawak (Pegawai Negeri Sipil-red).
Bario saat ini memang sedang dalam proses pembangunan selain dilihat dari mulai berkembangnya sektor pertanian juga dapat dilihat dari ketersediaan tenaga kesehatan berupa klinik yang standar dengan kota-kota besar di Serawak. Tenaga kesehatan yang ada disana adalah 1 orang dokter umum, 2 orang pembantu dokter, 1 orang koordinator perawat, 1 orang farmasi, 4 orang perawat masyarakat, 1 orang bidang kesehatan masyarakat, 2 orang attendor, dan 1 orang supir. Hal ini cukup beralasan, karena untuk menunjang proses kemajuan di Bario ditopang dengan faktor kesehatan agar warga masyarakat mulai memperdulikan kesehatan dengan penyediaan tenaga kesehatan yang standar kota besar.
Sebuah harmoni antara masyarakat dan kampus terlihat ditempat ini, hal yang sangat terlihat adalah adanya e-bario, ini adalah sebuah riset dari Universitas Serawak Malaysia (UNIMAS) dalam penyediaan akses informasi di beberapa daerah terpencil yang awalnya hanya menggunakan telepon koin, selain di Bario riset ini sebenarnya juga dilakukan di Bakelalan, Lun Lambai, Lun Bawang. e-Bario dibentuk sekitar 14tahun yang lalu. Ada dua hal utama yang difokuskan yaitu penyediaan akses internet dan komunikasi radio, untuk akses internet menggunakan teknologi VSAT (Very Small Aperture Terminals), sedangkan untuk komunikasi radio dibuatlah studio lengkap dengan pemancar dan berbagai perlengkapan lengkap terkait studio radio juga alokasi frekeunsi.Berkat keproduktifannya, e-Bario telah mendapatkan beberapa penghargaan baik dalam maupun luar negeri. Seperti pada proyek sosial yang mengalami dinamika aktifitas, e-Bario juga mengalaminya, sejak 6bulan yang lalu terjadi kevakuman kegiatan di tempat ini karena tidak adanya yang mengurusi hal teknis, hal itu mengakibatkan UNIMAS mengancam jika tempat ini tidak ada yang mengurusi maka seluruh barang disini akan diambil kembali oleh UNIMAS dan pada akhirnya datang Mr. Las dari daratan Eropa yang awalnya datang ke Bario untuk melancong dan ternyata berkenan menjadi relawan untuk memberikan tenaga, waktu, dan fikirannya mengurusi tempat ini.
Hal yang sangat unik dari Bario adalah tentang faktor terbesar kemajuan daerah ini, penduduk Bario adalah raja di tanahnya sendiri, karena mereka menjadi pemilik modal yang memperkerjakan para pendatang bahkan pendatang dari luar Bario yang masih di lingkungan Serawak. Hal tersebut didukung beberapa hal, yang pertama adalah kebijakan Pemerintah, dimana ada kebijakan dalam pembangunan usaha apapun perlu menggunakan IC (Identity Card) untuk menyatakan kartu identitas kewarganegaraan Malaysia, kedua adalah kebijakan kepala adat setempat yang masih punya pengaruh dalam proses perwujudan kesejahteraan masyarakat dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat, dan yang ketiga adalah banyaknya warga asli Bario yang menjadi pejabat publik, salah satunya adalah Kepala Imigrasi Serawak, hal ini memberikan dampak fast response ketika terjadi permasalahan atau proses pembangunan Bario, tidak jarang masyarakat Bario memberikan komplain tentang sesuatu pekerjaan atau personel pejabat pemerintah disini dan segera ditindak. Hal ini pula yang membuat begitu banyak warga asing yang tinggal di Bario dengan tidak legal (tanpa surat-surat) tapi tetap dibiarkan oleh polisi atau petugas imigrasi karena warga Bario membutuhkan warga asing tersebut untuk dipekerjakan dan hal ini didukung oleh kepala adat dan pejabat publik yang pro dengan keinginan masyarakat Bario.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar