Kalimat Sambutan di Bandara Bario, Kelabit Highland, Sarawak, Malaysia |
Bario,
sebuah kota kecil terletak di Negara Jiran Malaysia yang berbatasan langsung
dengan Indonesia di pulau Kalimantan. Bario terletak di pedalaman daerah Baram
di bagian keempat dan daerah Limbang dibagian kelima Serawak. Untuk menuju
tempat ini perlu menggunakan pesawat twin otter dari Miri, Serawak, Malaysia.
Berdasarkan
paparan narasumber, Bario berasal dari bahasa Kelabit yang terdiri dari dua
kata yaitu Ba yang berarti Basah dan Riew dan angin, hal ini bisa dirasakan
ketika dipagi hari saat angin berhembus membawa embun air. Bario terletak pada ketinggian kira–kira 3350 kaki dari permukaan laut menjadikannya dingin selalu.
Bario terdiri dari 13 daerah, yaitu Kampung Baru, Kampung Padang Pasir, Kampung
Pa’Ramapuh Atas, Kampung Pa’Ramapuh Bawah, Kampung Ulung Palang Atas, Kampung
Ulung Palang Bawah, Kampung Pa’ Ukat, Kampung Pa’Umor, Kampung Arur Layun,
Kampung Bario Asal, Kampung Arur Dalan, Kampung Pa’ Derung, dan Kampung Pa’
Lungan.
Peta Bario |
Data
tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Bario sebesar 1011 dengan mayoritas
adalah penduduk asli yaitu Suku Dayak Kelabit yang tinggal di kawasan pedalaman
dan hulu-hulu sungai. Suku ini masih satu rumpun degan Suku Dayak yang berada
di Pulau Kalimantan, sehingga masih banyak orang keturunan Indonesia yang
berada disana. Dari segi etnis, penduduk Bario sangatlah plural, penduduk
terbanyak kedua di wilayah ini adalah orang Indonesia yang datang untuk bekerja
disana. Selain bekerja, banyak orang Indonesia yang pada akhirnya berkeluarga
disana dan menjadi Warga Negara Malaysia. Selain itu juga ada etnis Tionghoa
yang tinggal di daerah ini. Bario menjadi salah satu kunjungan para wisatawan
asing terutama eropa karena kondisi alamnya yang masih asli, beberapa negara
tersebut adalah Inggris, Swiss, Perancis, dll karena betah berada disini,
akhirnya mereka tinggal dan menjadi Warga Negara Malaysia, selain itu juga ada
beberapa warga asing tersebut yang tinggal disana karena menjalankan proyek
“Community Development Project” sebuah proyek perkembangan masyarakat desa yang
dibuat oleh pemerintah Malaysia dan dilakukan oleh Tim dari berbagai negara.
Melayu adalah suku minoritas di wilayah ini, mereka umumnya adalah aparat
pemerintah yang ditugaskan disini seperti polisi, petugas Imigrasi, tenaga
bantu kesehatan, tentara, ataupun guru.
Berada
di daerah yang masih sangat alami, mayoritas penduduk Bario adalah Petani
khususnya padi dengan sistem alami, daerah ini memliki beras cukup terkenal
yaitu Beras Bario yang ukurannya lebih besar dari beras biasa, untuk semakin
meningkatkan produksi padinya, pemerintah memiliki kebijakan untuk perluasan
lahan pertanian dan pembuatan sistem irigasi di beberapa daerah terpencil
Serawak, termasuk Bario. Mata pencaharian terbesar kedua Bario adalah pedagang,
membuka kedai (toko/warung-red) yang didalamnya menjual makanan atau kebutuan
sehari-hari. Selain itu, penduduk disana juga berdagang pasir dan batu yang
memang sangat melimpah disana, batu dan pasir itu biasanya digunakan untuk
membuat jalan. Salah satu kebiasaan penduduk Suku Dayak Kelabit yang masih
bertahan sampai sekarang dan menjadi mata pencaharian adalah beternak dan
berburu. Umumnya penduduk disini beternak ikan dengan membuat kolam baik itu
disamping rumah ataupun di sawah. Untuk berburu, hewan yang biasanya diburu
adalah rusa, kijang, dan beberapa hewan hutan lain. Hewan yang didapat dari
beternak ataupun diburu biasanya dijual kepada kawan-kawan sendiri, karena memang
tidak sedikit yang mencari hewan-hewan tersebut untuk dikonsumsi. Selain itu,
ada juga beberapa minoritas masyarakat yang menjadi Agensi Kerajaan Serawak
(Pegawai Negeri Sipil-red).
Bario
saat ini memang sedang dalam proses pembangunan selain dilihat dari mulai
berkembangnya sektor pertanian juga dapat dilihat dari ketersediaan tenaga
kesehatan berupa klinik yang standar dengan kota-kota besar di Serawak. Tenaga
kesehatan yang ada disana adalah 1 orang dokter umum, 2 orang pembantu dokter,
1 orang koordinator perawat, 1 orang farmasi, 4 orang perawat masyarakat, 1
orang bidang kesehatan masyarakat, 2 orang attendor, dan 1 orang supir. Hal ini
cukup beralasan, karena untuk menunjang proses kemajuan di Bario ditopang
dengan faktor kesehatan agar warga masyarakat mulai memperdulikan kesehatan
dengan penyediaan tenaga kesehatan yang standar kota besar.
Sebuah
harmoni antara masyarakat dan kampus terlihat ditempat ini, hal yang sangat terlihat
adalah adanya e-bario, ini adalah sebuah riset dari Universitas Serawak
Malaysia (UNIMAS) dalam penyediaan akses informasi di beberapa daerah terpencil
yang awalnya hanya menggunakan telepon koin, selain di Bario riset ini
sebenarnya juga dilakukan di Bakelalan, Lun Lambai, Lun Bawang. e-Bario
dibentuk sekitar 14tahun yang lalu. Ada dua hal utama yang difokuskan yaitu penyediaan
akses internet dan komunikasi radio, untuk akses internet menggunakan teknologi
VSAT (Very Small Aperture Terminals), sedangkan untuk komunikasi radio
dibuatlah studio lengkap dengan pemancar dan berbagai perlengkapan lengkap
terkait studio radio juga alokasi frekeunsi.Berkat keproduktifannya, e-Bario telah
mendapatkan beberapa penghargaan baik dalam maupun luar negeri. Seperti pada
proyek sosial yang mengalami dinamika aktifitas, e-Bario juga mengalaminya,
sejak 6bulan yang lalu terjadi kevakuman kegiatan di tempat ini karena tidak
adanya yang mengurusi hal teknis, hal itu mengakibatkan UNIMAS mengancam jika
tempat ini tidak ada yang mengurusi maka seluruh barang disini akan diambil
kembali oleh UNIMAS dan pada akhirnya datang Mr. Las dari daratan Eropa yang
awalnya datang ke Bario untuk melancong dan ternyata berkenan menjadi relawan
untuk memberikan tenaga, waktu, dan fikirannya mengurusi tempat ini.
Hal
yang sangat unik dari Bario adalah tentang faktor terbesar kemajuan daerah ini,
penduduk Bario adalah raja di tanahnya sendiri, karena mereka menjadi pemilik
modal yang memperkerjakan para pendatang bahkan pendatang dari luar Bario yang
masih di lingkungan Serawak. Hal tersebut didukung beberapa hal, yang pertama
adalah kebijakan Pemerintah, dimana ada kebijakan dalam pembangunan usaha apapun
perlu menggunakan IC (Identity Card) untuk menyatakan kartu identitas
kewarganegaraan Malaysia, kedua adalah kebijakan kepala adat setempat yang
masih punya pengaruh dalam proses perwujudan kesejahteraan masyarakat dengan
pengaturan kehidupan bermasyarakat, dan yang ketiga adalah banyaknya warga asli
Bario yang menjadi pejabat publik, salah satunya adalah Kepala Imigrasi
Serawak, hal ini memberikan dampak fast response ketika terjadi permasalahan
atau proses pembangunan Bario, tidak jarang masyarakat Bario memberikan
komplain tentang sesuatu pekerjaan atau personel pejabat pemerintah disini dan
segera ditindak. Hal ini pula yang membuat begitu banyak warga asing yang
tinggal di Bario dengan tidak legal (tanpa surat-surat) tapi tetap dibiarkan
oleh polisi atau petugas imigrasi karena warga Bario membutuhkan warga asing
tersebut untuk dipekerjakan dan hal ini didukung oleh kepala adat dan pejabat
publik yang pro dengan keinginan masyarakat Bario.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar